Pendidikan Oh Pendidikan

November 24, 2007



Lebih dari lima ratus orang mengikuti ujian masuk program pascasarjana beberapa waktu lalu. Banyak peserta ujian yang berasal dari daerah dan rela mengikuti ujian di kota ini. Melihat hal ini, saya berpendapat bahwa masih ada minat yang tinggi dari masyarakat untuk ikut program pascasarjana. Padahal, biaya yang dikeluarkan tidaklah murah. Ada teman sefakultas yang juga mengikuti ujian ini. Teman saya itu sempat mengeluh karena harga pendidikan yang mahal, tidak semurah di beberapa perguruan tinggi lainnya. Ketika saya bertanya, “Kalau mahal, kenapa masih ikut?” Lalu, jawabnya, “Kalau bicara tentang pendidikan, sepertinya tidak ada kata mahal. Apalagi untuk pascasarjana. Memang wajar sih, biaya semahal itu karena biaya TK, SD, SMP, dan SMA ada yang lebih mahal dari pascasarjana.” Mendengar keterangannya, saya pun tertawa.


Di pikiran saya, terbayang berapa biaya yang akan saya keluarkan untuk pendidikan anak-anak saya nanti, anak-anaknya anak saya nanti, atau cicit saya nanti. Mungkin, sangat-sangat mahal mengingat harga di Indonesia tidak akan pernah turun. Jika seperti ini, pendidikan bukan semakin murah. Malah semakin mahal. Kalau begitu, slogan pendidikan murah malah membuat saya menjadi pesimis. Teman saya berkata lagi, “Yah, kalau pendidikan semakin mahal, yah sekolah itu semampunya saja. Jangan dipaksakan.” Kalau seperti ini, kapan bangsa Indonesia bisa sepintar orang-orang Barat sana. Lalu, teman saya itu nyeletuk, “Makanya, jangan suka menggantungkan cita-cita setinggi bintang di langit. Lihat kemampuan juga, dong!” Mungkin, bangsa kita harus disadarkan, jangan asal menggantungkan cita-cita di bintang sana, tetapi bawa kembali bintang itu ke bumi. Iya gak sih? Teman saya hanya mengangguk. “Betul!” begitu katanya.

*Foto dari sini.

You Might Also Like

0 komentar